This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 11 Desember 2012

Manusia cerdas diawali dari membaca

Pernahkah kalian mendengar slogan yang berbunyi “tiada hari tanpa membaca“, “membaca adalah jendela dunia”, “buku adalah gudang ilmu” dan lain sebagainya namun slogan tersebut terkadang hanya kita acuhkan mungkin hanya bisa menjadi hiasan / pajangan kata belaka. Jika semua orang memiliki kesadaran membaca sebagai sarana hiburan dan menambah wawasan beruntunglah mereka. 

Dengan membaca, seseorang dapat merangsang otaknya untuk berfikir kreatif dan sistematis serta membentuk pribadi yang kompetitif. Mereka yang tidak mau belajar dengan sendirinya akan tertinggal, belajar tidak hanya mendengar atau menerima saja sebab 80% ilmu yang terserap kedalam otak ialah dari membaca kemudian menyimpulkan isi dari suatu bahan bacaan karena otak akan lebih banyak berfikir dibandingkan dengan hanya menerima atau mendengar. Banyak sekali usaha yang dilakukan untuk mengembangkan minat membaca pada lingkungan masyarakat terutama pada anak – anak. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari orang tua, status social, ekonomi, kelompok / teman sebaya, dan unsur paling nyata ialah televisi.

Lingkungan pertama adalah rumah, dan keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi minat baca pada anak, diantaranya bisa dilihat dari kebiasaan orang tua. Rangsangan yang diberikan orang tua agar anak gemar membaca lebih baik dilakukan sejak bayi daripada menyuruh anak membaca di usia sekolah atau kursus membaca. Karena rata – rata pada usia sekolah anak telah mengenal aktivitas yang lebih mengasyikan. Misal dengan mengajak anak untuk bermain sambil membaca masuklah kedalam dunia anak – anak anda dengan perlahan ajak anda untuk selalu berinteraksi dalam objek permainan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, bila orang tua mampu menstimulus dan terlibat dalam kesiapan membaca pada anak, maka dengan sendirinya anak akan terdorong untuk terus membaca. 

Beberapa hal penting yang perlu kita ingat adalah sebagai berikut :
  1. Dorongan dan keterlibatan orang tua dalam kesiapan membaca akan mendorong anak untuk terus membaca.
  2. Tanamkan kepada anak bahwa membaca merupakan kebutuhan, layaknya makan dan minum.
  3. Bangkitkan nalar, imajinasi dan kreatifitas anak yang dapat mendorong anak untuk membaca
  4. Tidak semua tayangan televisi berdampak negatif. Pilihlah tayangan yang mendidik, orang tua sebaiknya mendampingi anak ketika sedang menonton televisi namun jangan berikan anak anda untuk menonton televisi dalam porsi yang lama batasilah waktu mereka buatlah anak mematuhi jadwal / peraturan yang dibuat orang tua.
Jadikanlah anda untuk memberikan dorongan dan semangat untuk menumbuh kembangkan minat membaca mereka, itu berarti anda telah menjadikan diri anda orang tua yang berhasil untuk mempersiapkan anak anda menjadi sukses pada kehidupan yang mendatang.

Pendidikan Berkarakter diperlukan setiap generasi penerus

Pendidikan Berkarakter diperlukan untuk setiap generasi penerus

Pendidikan Berkarakter diperlukan setiap generasi penerus

System pendidikan nasional Indonesia senantiasa berubah seiring dengan perjalanan hidup masyarakat Indonesia serta tuntutan jaman yang senantiasa berubah. Pada masa perjuangan hingga reformasi kemerdekaan dengan memunculkan tuntutan globalisasi yang menununtut tenaga yang tangguh dan berwawasan global. Dampak implikasi negative sehubungan dengan munculnya globalisasi telah serta merta melahirkan permasalahan pelik dalam dunia pendidikan di Indonesia, sehingga timbul suasana yang tidak kondusif dalam dunia pendidikan. Banyak sekali yang terjadi perilaku muncul setelah era globalisasi diantara nya : kekerasan, penggunaan bahasa / kata – kata yang tidak baku, pengaruh geng, meningkatnya pergaulan bebas, menurunnya etos kerja, dan masih banyak lagi.
Dalam proses pendidikan pelajar dan mahasiswa wajib  digiring menjadi taat hukum dan agama yang dimulai dari lembaga keluarga oleh orang tua, di masyyarakat serta pendidikan formal di sekolah yakni dengan membangun kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban asasi individu. Berdasarkan UUSPN Nomor 20 tahun 2003, paling tidak terdapat empat faktor mengapa pendidikan karakter dibutuhkan. 

Satu, pemberian wewenang penuuh terhadap satuan pendidikan yand didalamnya terdapat unsur guru sebagai pelaku utama, sehingga diharapkan dapat menumbuh kembangkan potensi dan dimensi peserta didik agar mampu bermasyarakat.
Kedua, tujuan pendidikan nasional sangat memberi perhatian dan menitik beratkan pada persamaan dan pembinaan aspek keimanan dan ketakwaan sebagai isyarat bangsa bersumber pada kesadaran beragama sesuai yang diyakini.
Ketiga, pengembangan kurikulum yang menekankan empat pilar oleh UNESCO yakni :belajar mengetahui, menjadi dirinya sendiri, belajar bekerja, dan belajar hidup bersama.

Upaya – upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan penguatan pendidikan karakter di semua lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan karakter merupakan system penanaman nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai – nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai “ the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development atau semua dimensi kehidupan sengaja menggunakan sekolah untuk mendorong pengembangan karakter yang optimal .Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Disamping itu pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

poskota.co.id
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

Ancaman Televisi bagi Anak - Anak

Ancaman Televisi bagi Anak - Anak
Ancaman Televisi bagi Anak - Anak - Hari gini engga punya televisi? jadi kamseupay ieeuuhh.. Jaman LED ga punya tv? bisa turun beroo'.
Dulu waktu saya kecil memiliki televisi itu merupakan barang mahal dan langka rata - rata hanyalah televisi hitam putih. Itupun hanya memiliki satu channel yaitu TVRI yang berstatus milik negara yang sampai sekarang masih bisa bertahan, namun siapa sangka waktu berjalan Televisi tidak bisa lagi dipungkiri. Di mana saja tempat pasti ada televisi di tempat umum seperti rumah sakit hingga pos ronda, dari flat, lcd, led. 


But, Who Knows..
televisi tidaklah bagus untuk jiwa - jiwa yang labil (hehe..). Khusunya untuk anak - anak yang butuh perhatian ekstra. Anak - anak ialah seperti kertas putih yang akan dicoret dengan tulisan tangan dari orang tua bukan televisi yang mencoret dengan sinetron percintaan, kekerasan, dan animasi yang tidak mendidik.
Mana yang anda pilih, seorang anak anda meniru orang tuanya atau seorang anak yang labil dan galau karena kesehariannya hanya menonton sinetron. Tentunya sebagai orang tua tidaklah mungkin menjadikan seorang anaknya berjiwa rapuh atau ekstrim.

Memang tayangan televisi sangat mengasyikkan untuk dinikmati bagi anak-anak, apalagi jika menayangkan cerita yang berhubungan dengan tokoh anak dengan adegan yang lucu dan kepahlawanan penuh imajinasi. Sehingga membuat anak betah menonton berlama-lama tanpa mengerjakan apapun juga. Hal ini membuat orang tua senang, karena anaknya tetap berada dalam rumah sehingga mudah dipantau aktivitasnya dan juga aman daripada bermain di luar rumah.

Daya fikir lugu dan polos anak memiliki daya tangkap yang berbeda dengan orang dewasa.

Bila aksi kekerasan di televisi hanya dianggap sebagai hiburan oleh orang dewasa, bagi anak-anak tayangan kekerasan bisa dianggap sebagai contoh untuk ditiru dan diteladani.

Anda mungkin bangga, senang dan merasa lucu melihatnya, tapi bagaimana bila diluar pengawasan anda anak-anak bergulat dan bertarung dengan anak-anak lain yang memiliki hobbi sama? Tentu saja hal tersebut beresiko dan berbahaya.
Sekali lagi, pengawasan dan bimbingan anda sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian dan tingkah laku anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

Saat anak-anak kita fokus menonton acara televisi itu, disela-selanya lalu ditayangkanlah berbagai iklan jajanan, tambah lengkaplah isi pikiran anak kita. Tanpa disadari, iklan-iklan itu masuk dan memaksa anak untuk menjadi konsumtif dengan selalu membeli makanan yang sebenarnya secara kesehatan tidak baik.
Sebagai orang tua, selayaknya anda mendampingin disaat putra-putri anda menonton televisi, berilah penjelasan terhadap apa yang dia tonton. Jadikanlah anak-anak anda adalah kebanggan bagi keluarga.

Salah satu tayangan televisi yang cukup berpengaruh adalah tayangan iklan, anda mungkin menganggap tayangan iklan adalah hal yang sepele, tapi justru tayangan iklan adalah tayangan yang berisi ajakan, selalu diulang dan paling sering dilihat anak. Jangankan anak-anak, orang dewasapun sering terpengaruh oleh tayangan iklan, suatu produk yang awalnya tidak disukai menjadi disukai, atau dari tidak ingin membeli jadi penasaran ingin mencoba. Bila produk yang ditawarkan dalam iklan memiliki kualitas yang baik, sehat serta aman, anda tidak perlu khawatir. Tapi bagaimana bila produk yang ditawarkan tidak sesuai standar kesehatan, sedangkan anak anda meyakini produk tersebut baik untuknya?

Perhatikan, anak itu menyebut sebuah tayangan televisi yang begitu dia sukai sehingga dia pun meniru berbagai adegan yang ada dalam acara itu. Tanpa disadari berbagai adegan, cara bicara para pemain sinetron itu masuk ke pikiran bawah sadar anak kita, dan pasti ditirukan. Jika hal ini tidak anda bimbing, tidak diarahkan maka tentu akan menjadi sebuah nilai yang dianggap kebenaran bagi anak dan akan dia terapkan terus dalam hidupnya.
Berbagai tayangan televisi yang berbau kekerasan meskipun dimainkan untuk anak-anak tentu sangat berbahaya jika ditonton tanpa pendamping, maka tugas kita sebagai orang tua untuk melakukan pendampingan kepada anak-anak saat menonton acara tersebut. Termasuk berbagai film kartun, seperti Naruto, Ultraman dll itu sangat sarat dengan adegan kekerasan. Coba perhatikan bagaimana anak-anak begitu senang saat menirukan adegan naruto dan perlakukan itu diberikan kepada temannya. Akhirnya mereka saling memukul dengan meniru jurus-jurus dari film kartun tersebut, inilah yang menjadi penyebab maraknya tawuran dikalangan pelajar. Bagaimana tidak, jika sejak kecil yang ditonton dan tertanam dalam pikiran bawah sadar anak adalah bentuk kekerasan, menjaga harga diri dengan kekerasan bahkan sampai bertarung dengan teman-temannya.
Jadilah orang tua yang kritis dan cerdas !